Senin, 14 November 2022

Kilas Balik Hari Pahlawan

 

Setelah Proklamasi  17 Agustus 1945, situasi di Indonesia masih belum stabil. Surabaya termasuk salah satu dari daerah di Indonesia yang mengalami ketidakstabilan situasi. Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran 10 November di Surabaya yang sering kita peringati sebagai Hari Pahlawan

Awal mula

Saat itu terjadi pertempuran yang diakibatkan mendaratnya tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Force Netherland East Indies) bersama dengan NICA (Netherland Indie Civil Administration) di Surabaya pada 25 September 1945. Maksud kedatangan mereka adalah untuk melucuti senjata Jepang dan mengembalikannya, membebaskan tawanan perang Jepang, dan mengembalikan Indonesia kepada Belanda sebagai negara jajahan.

Sebenarnya, gejolak antara tentara dan polisi pro kemerdekaan Indonesia dengan tentara Belanda telah dimulai sejak tanggal 19 September 1945. Penyebab hal ini adalah sekelompok orang Belanda di bawa pimpinan W.V.C. Ploegman mengibarkan bendera Belanda di sebelah utara Hotel Yamato tanpa persetujuan Pemerintah RI di daerah Surabaya. Hal ini memicu kemarahan warga Surabaya, mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera Merah Putih.

Insiden Hotel Yamato

Warga Surabaya berkerumun dan melakukan protes di depan Hotel Yamato. Mereka meminta agar bendera Belanda diturunkan dan digantikan dengan bendera Merah Putih. Akhirnya pada tanggal 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia melakukan perundingan dengan pihak Belanda, tetapii perundingan tersebut berakhir meruncing karena Ploegman mengeluarkan pistol sehingga mengakibatkan perkelahian di ruang perundingan. Perkelahian tersebut menyebabkan tewasnya Ploegman setelah dicekik oleh Sidik. Hotel Yamato ricuh. Warga ingin masuk ke dalam Hotel Yamato, tetapi warga Surabaya bernama Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil memanjat ke atap Hotel Yamato dan merobek bagian biru bendera Belanda sehingga tersisa warna merah dan putih.

 Pertempuran 10 November

Akhirnya pada tanggal 29 Oktober 1945, pihak Indonesia dan Inggris bersepakat untuk melakukan gencatan senjata. Namun pada tanggal 30 Oktober 1945, kedua pihak bentrok dan menyebabkan tewasnya Brigjen A.W.S. Mallaby karena tertembak di dalam mobil yang ditumpanginya dan mobilnya diledakkan oleh milisi. Hal ini menyebabkan kemarahan pihak Inggris.

Mayjen Robert Mansergh menggantikan Mallaby dan meluakarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya yang berbunyi, “Bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum pada pukul 06.00, 10 November 1945.”

Ultimatum tersebut meningkatkan amarah warga Surabaya. Puncaknya pertempuran 10 November meletus. Perang antara kedua kubu berlangsung selama sekitar 3 minggu. Pertempuran tersebut menimbulkan banyak korban jiwa. Diperkirakan ada sekitar 16.000 korban dari pihak Indonesia dan 2.000 korban dari pihak Inggris.

Hari Pahlawan

Pertempuran yang telah dilalui bangsa Indonesia pada masa itu sungguh berarti. Para pahlawan telah menumpahkan darah dan berjuang demi mempertahakan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut diingat oleh Soekarno. Pada tanggal 10 November 1946, beliau menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan, yang diatur pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Sudah sepatutnya sebagai seorang Pramuka, sudah selayaknya kita mengetahui dan mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang. Persatuan yang ada sekarang ini adalah hasil dari pertumpahan darah leluhur kita. 

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah." - Soekarno.

*Moses dan Darren


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Juara Harapan 2 Lomba Website Gugusdepan 2022

  Penerimaan Sertifikat dan Fandel Juara Harapan 2 Lomba Website Guggusdepantahun 2022 Surabaya, 29 November 2022, Kak Rina bersama Kak Hand...